Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab: قهوة qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.[3] Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasaBelanda.[rujukan?] Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.[3]
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.[5] Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.[rujukan?] Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.[6] Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).[7][8]
Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi.[20] Kafein sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit.[21]Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafein di dalam tubuh.[rujukan?] Peranan utama kafein ini di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.[22] Efeknya ini biasanya baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengonsumsi kopi.[21] Kafein tidak hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat.[21][19]
Sumber | Kandungan Kafein |
---|---|
Secangkir kopi | 85 mg |
Secangkir teh | 35 mg |
Minuman berkarbonasi | 35 mg |
Minuman berenergi | 50 mg |
Jenis Kopi | Kadar |
Kopi instan | 2,8 - 5,0% |
Kopi moka | 1,00% |
Kopi robusta | 1,48% |
Kopi arabika | 1.10 % |
Batas aman konsumsi kafein yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah 100-150 mg.[20] Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup untuk membuatnya tetap terjaga.[20]
Selama proses pembutan kopi, banyak kafein yang hilang karena rusak ataupun larut dalam air perebusan.[20] Di samping itu, pada beberapa kasus pengurangan kadar kafein justru dilakukan untuk disesuaikan dengan tingkat kesukaan konsumen terhadap rasa pahit dari kopi.[rujukan?] Metode yang umum dipakai untuk hal ini adalah Swiss Water Process.[23] Prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan uap air panas dan uap untuk mengekstraksi kafein dari dalam biji kopi.[23] Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada era ini juga telah memungkinkan implementasibioteknologi dalam proses pengurangan kadar kafein.[rujukan?] Cara ini dilakukan dengan menggunakan senyawa theophylline yang dilekatkan pada bakteri untuk menghancurkan struktur kafein.[20]
Peranan dalam tubuh
Kandungan kafein dalam kopi memiliki efek yang beragam pada setiap manusia.[rujukan?] Beberapa orang akan mengalami efeknya secara langsung, sedangkan orang lain tidak merasakannya sama sekali.[rujukan?] Hal ini terkait dengan sifat genetika yang dimiliki masing-masing individu terkait dengan kemampuan metabolisme tubuh dalam mencerna kafein.[24] Metabolisme kafein terjadi dengan bantuan enzim sitokrom P450 1A2 (CYP1A2).[rujukan?] Terdapat 2 tipe enzim, yaitu CYP1A2-1 dan CYP1A2-2.[25] Orang yang memiliki enzim CYP1A2-1 mampu mematabolisme kafein dengan cepat dan efisien sehingga efek dari kafein dapat dirasakan secara nyata.[rujukan?] Enzim CYP1A2-2 memiliki laju metabolisme kafein yang lambat sehingga kebanyakan orang dengan tipe ini tidak merasakan efek kesehatan dari kafein dan bahkan cenderung menimbulkan efek yang negatif.[25][24][26]
Banyak isu yang berkembang mengenai efek negatif meminum kopi bagi tubuh, seperti meningkatnya risiko terkena kanker, diabetes melitus tipe 2,insomnia, penyakit jantung, dan kehilangan konsentrasi.[27] Beberapa penelitian justru menyingkapkan hal sebaliknya. Kandungan kafein yang terdapat di dalam kopi ternyata mampu menekan pertumbuhan sel kanker secara bertahap.[27] Selain itu, kafein mampu menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 dengan cara menjaga sensitivitas tubuh terhadap insulin.[22] Kafein dalam kopi juga telah terbukti mampu mencegah penyakit serangan jantung.[27][28] Pada beberapa kasus, konsumsi kopi juga dapat membuat tubuh tetap terjaga dan meningkatkan konsentrasi walau tidak signifikan.[28][29] Di bidangolahraga, kopi banyak dikonsumsi oleh para atlet sebelum bertanding karena senyawa aktif di dalam kopi mampu meningkatkan metabolisme energi, terutama untuk memecahkan glikogen (gula cadangan dalam tubuh).[30]
Selain kafein, kopi juga mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah yang cukup banyak.[31] Adanya antioksidan dapat membantu tubuh dalam menangkal efek pengrusakan oleh senyawa radikal bebas, seperti kanker, diabetes, dan penurunan respon imun.[28] Beberapa contoh senyawa antioksidan yang terdapat di dalam kopi adalah polifenol, flavonoid, proantosianidin, kumarin, asam klorogenat, dan tokoferol.[32] Dengan perebusan, aktivitas antioksidan ini dapat ditingkatkan.[31]
Komentar
Posting Komentar